Merdeka.com - Zamira, wanita asal Padang, Sumatera Barat, tak menyangka perjuangannya sebagai ibu begitu berat. Memiliki enam anak dengan kondisi ekonomi pas-pasan jelas bukan hal mudah.
Bersama suaminya, mereka pernah mengontrak di kawasan Kramat Pella, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Karena berulang kali menunggak, akhirnya pemilik kontrakan meminta mereka angkat kaki.
"Tadinya mereka tinggal berkeluarga suami dan istri berserta 7 orang anaknya di sebuah kontrakan. Karena beberapa bulan belum membayar kontrakan akhirnya mereka sekeluarga disuruh keluar oleh si pemilik kontrakan itu," ujar salah satu petugas P3S Suku Dinas Sosial Jakarta Timur, Nimun, Selasa (29/5).
Saat itu, Zamira dan suami begitu galau. Mereka tak tahu harus kemana. Apalagi, suaminya tak memiliki uang sepeserpun untuk mencari kontrakan baru. Sampai akhirnya mereka memilih singgah sementara ke masjid di kawasan Blok M.
Namun pengurus masjid menyarankan mereka agar tinggal di panti. Suami Zamirah mulanya tak setuju. Dia memilih membawa istri dan anaknya ke rumah kerabat di daerah Ciputat.
"Mereka mengaku punya kerabat di Ciputat Tangerang Selatan. Sekeluarga memutuskan untuk pergi ke tempat kerabatnya itu untuk mendapat tempat tinggal sementara," kata Nimun.
Cerita kesulitan mereka tak sampai di situ. Saat di perjalanan menggunakan angkot menuju Ciputat, kata Nimun, suami beserta anak pertamanya turun terlebih dahulu dari angkot.
Belum lagi Zamirah dan lima anaknya ikut turun, angkot yang mereka tumpangi segera pergi. Pasutri itu sempat terpisah.
"Istrinya yang bernama ibu Zamirah berusia 38 tahun ini bersama 6 orang anaknya dibawa ke kantor Polisi oleh supir angkot tersebut. Sopir angkot kayaknya curiga mereka teroris, makanya membawanya ke kantor polisi," jelas Nimun.
Karena tidak ada tanda-tanda mereka teroris, pihak kepolisian membawanya ke Dinas Sosial Kota Tangerang Selatan.
Akan tetapi Dinas Sosial Kota Tangerang Selatan malah mengantar mereka ke Suku Dinas Sosial Jakarta Timur lantaran ibu Zamirah memilik KTP yang beralamatkan di Jalan Perintis Kemerdekaan, Jakarta Timur.
Untuk mendapatkan perawatan sementara, petugas menyelamatkan ibu Zamira bersama enam orang anaknya ke Panti Sosial Perlindungan Bakti Kasih Kebon Kosong, Kemayoran, Jakarta Pusat. Di panti mereka akan dipenuhi kebutuhannya seperti makan, pakaian dan tempat tinggal.
"Menurut keterangan ibu Zamira, suaminya bernama Hanri Jeki. Lulus di Gontor tahun 1996 dan berkuliah di salah satu universitas di Arab Saudi. Gelarnya doktor. Istri bilang suaminya pernah jadi ajudan Zainal Ma'arif. Sebelumnya kami kesulitan mencari tahu informasi identitas dan pekerjaan suaminya. Mereka mencoba menutup-nutupi," kata Nimun.
Zamira tengah dimintai keterangan
Sementara itu, Petugas lainnya yang bernama Tsabitatul Izza menjelaskan, Zamira sedang dimintai keterangan. Ini guna menuntaskan identitas suaminya yang saat ini masih simpang siur.
"Setelah awalnya ibu Zamira memberikan info bahwa suami alumni Gontor belum dapat dikonfirmasi kebenarannya. Sudah ada pengurus alumni Gontor atas nama Nasrul yang mengatakan tidak ada identitas alumnus atas nama Henri Jeki," ujar dia.
Selain itu, petugas juga menemukan kejanggalan. Ada buku nikah serta KTP suami atas nama Hanri Jeki. Namun di situ tercatat wali dari ibu Zamira pun hanya wali hakim atas nama Ali asahra Hutapea.
"Jawabannya Ibu Zamira mengaku sudah tidak ada lagi keluarganya yang hidup, ibu Zamira mengaku hanya hidup seorang diri dengan keluarga barunya ini," terang dia.
Saat ini, Dinas Sosial berupaya menyebarluaskan keberadaan ibu dengan keenam anak agar suaminya segera menjemput atau keluarga besarnya mengetahui.
Reporter: Ady Anugrahadi
Sumber: Liputan6.com [lia]
Let's block ads! (Why?)
https://www.merdeka.com/jakarta/perjuangan-zamira-dan-6-anak-hidup-terpisah-dari-suami-sempat-diduga-teroris.html