Merdeka.com - Hasil survei Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyatakan isu Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan (SARA) menjadi ancaman besar untuk Pemilu 2019. Peneliti LIPI Syarif Hidayat mengatakan isu SARA menjadi besar karena dikapitalisasi dan dimanipulasi elite politik.
BERITA TERKAIT
"Isu SARA tidak signifikan terjadi di tingkat akar rumput. Isu SARA terjadi di Pilkada DKI karena kecenderungan manipulasi dan dikapitalisasi elite politik," kata Syarif di Kawasan Kuningan Jakarta Selatan, Selasa (7/8).
Dari hasil survei ahli yang dilakukan tim peneliti LIPI, Syarif mengatakan bahwa tindakan persekusi yang marak terjadi di masyarakat mayoritas disebabkan penyebaran berita hoaks, ujaran kebencian, dan radikalisme. Selain itu, kesenjangan sosial juga menjadi penyebab terjadinya persekusi.
"Beberapa faktor menjadi penyebab (persekusi) antara lain, kesenjangan sosial (75,2 persen), perasaan terancam oleh orang atau kelompok lain (71,1 persen), aspek religiusitas (67,6 persen) dan ketidakpercayaan antarkelompok/suku/agama/ras (67,6 persen)," jelasnya.
Menurut dia, salah satu solusi mengatasi berkembangnya isu SARA agar Pemilu tak terganggu adalah dengan mengelola dan mengendalikan perilaku elite politik. Untuk itu, peneliti LIPI Syamsuddin Haris mengajak seluruh pihak mengimbau elite politik tidak mempolitisasi SARA.
"Politisasi SARA dampaknya sangat besar. Jangan mudah melakukan manipulasi dan politisasi yang mengatasnamakan SARA, ini akan mengakibatkan konflik horizontal," kata Syamsuddin.
Reporter: Lizsa Egeham
Sumber: Liputan6.com [dan]
No comments:
Post a Comment