Merdeka.com - Seruan fardhu ain untuk memilih pasangan calon (Paslon) nomor satu, Khofifah Indar Parawansa-Emil Elistianto Dardak bukti kecemasan psikologis tim paslon nomor satu. Mereka mulai takut atas kekalahan dalam proses Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jawa Timur.
BERITA TERKAIT
"Analisa saya menunjukkan kalau tim sukses calon Gubernur nomor satu mulai panik. Fatwa fardhu ain bukti kecemasan psikologis tim sukses paslon nomor satu," kata Pengamat Komunikasi Politik Prodi Ilmu Komunikasi, FISIP Universitas 17 Agustus (Untag) Surabaya, D Jupriono, Kamis (21/6).
Jupriono mengaku, dari kajian yang dilakukan terkait keluarnya fatwa fardhu ain untuk memilih Khofifah Indar Parawansa sebagai Gubernur Jatim, fatwa tersebut dianggap sebagai fatwa yang tidak serius, meskipun dampak yang dikeluarkan sangat serius. Menurut dia, se-kharismatik apa pun seorang kiai khos, tidak ada dasar hukum yang membenarkan untuk mewajibkan umat milih secara definitif paslon tertentu.
Pengamat Komunikasi Politik Prodi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas 17 Agustus (Untag) Surabaya D Ju 2018 Merdeka.comAlquran lanjut dia juga tidak yang meminta seperti itu, begitu juga dengan Hadist juga tidak ada. Untuk Qiyas dan Ijma mungkin ya, tetapi mungkin juga tidak. Jika toh ada ayat yang dirujuk, misalnya tetap saja ini adalah produk interpretasi personal kiai-kiai yang mengeluarkan seruan lucu tadi.
"Fatwa ini lucu, sama sekali tidak berdasar. Misalkan katakan 'jangan pilih kafir', ini sulit diperalat untuk menggencet salah satu paslon. Wong kedua paslon NU semua, jagonya kiai-kiai karismatik semua. Sekali lagi, seruan ini berada di wilayah tafsir yang bisa saja diseret ke sana ke sini. Maka sekali lagi ini trik politik saja, tidak usah ditanggapi serius," ujarnya.
Analisa berikutnya adalah adanya rasa cemas yang melanda tim pemenangan pasangan nomor urut satu. Hal ini berdasar dari peredaran hasil survei terbaru tentang elektabilitas calon gubernur (Cagub) Jatim 2018. Survei tersebut terbaru tidak membuat semua pihak terkejut, karena survei tersebut menyebutkan, paslon nomor dua menang tipis.
Paslon nomor satu mendapatkan 42 persen, sedangkan paslon nomor urut dua mendapatkan 46 persen. Artinya, paslon nomor urut dua unggul tipis dibandingkan paslon nomor nurut satu. Sementara beberapa survei hasilnya tidak jauh dari itu, akhirnya siapa pun pasti panik, kecuali survei Litban Kompas (Maret 2018) yang hasilnya paslon nomor dua kalah tipis di wilayah Mataraman, Khofifah kalah tipis di Pantura hampir semua lembaga survei beberapa waktu berbeda, melaporkan hasilnya kalau paslon nomor dua menang tipis di hampir semua wilayah, usia, profesi, bulan pelaksanaan, agama, afiliasi aliran.
"Jadi saat melihat hasil survei yang terakhir ada kecemasan secara psikologi yang akhirnya berdampak pada keluarnya fatwa fardhu ain untuk memilih paslon nomor satu," terang Jupriono. [hhw]
https://www.merdeka.com/peristiwa/fatwa-fardhu-ain-pilih-khofifah-bukti-kecemasan-psikologis-timses-nomor-satu.html
No comments:
Post a Comment