Merdeka.com - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mengalami pelemahan dalam beberapa pekan terakhir. Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf, terus melakukan dialog membahas ini.
BERITA TERKAIT
Sekretaris TKN Jokowi-Ma'ruf, Hasto Kristiyanto, di Posko Cemara, Jakarta, mengatakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan ambil langkah cepat mengantisipasi hal ini. Dirinya yakin pemerintah akan melakukan koordinasi dengan jajarannya.
"Itu kami serahkan sepenuhnya kepada pemerintah. Pak Jokowi akan respons secara cepat. Kita punya pengalaman cukup panjang dalam mengatasi berbagai krisis dan kita mampu bertahan bahkan survive," jelas Hasto.
Hasto mengklaim meski rupiah mengalami pelemahan, tetapi ekonomi Indonesia masih berjalan baik. Sehingga membawa rasa optimis untuk menekan dolar AS.
"Pertumbuhan ekonomi kita jauh di atas rata-rata dunia, sehingga ini mendorong optimisme bahwa kita bisa atasi masalah itu," pungkasnya.
Chief Market Strategist FXTM Hussein Sayed menjelaskan, pelemahan nilai tukar rupiah ini bukan karena faktor dari dalam negeri tetapi lebih terserah karena faktor eksternal.
"Aksi jual lira Turki dan peso Argentina sangat berperan pada depresiasi drastis rupiah," jelas dia.
Saat ini memang Turki dan Argentina tengah masih dalam fase ketidakpastian ekonomi. Hal tersebut membuat investor melepas aset-aset beresiko seperti mata uang di negara berkembang termasuk rupiah.
Namun memang, pelemahan rupiah tidak terlalu besar karena kondisi ekonomi makro cukup stabil. Bahkan BI sebelumnya telah melakukan aksi antisipasi dengan menaikkan suku bunga acuan selama beberapa kali.
Sebelumnya, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara mengatakan bahwa seharusnya pelemahan rupiah ini tidak perlu ditakutkan karena stabilitas ekonomi dan keuangan bisa terjaga dengan baik.
"Likuiditas terjaga baik, non performing loan (NPL) di perbankan Indonesia bahkan menurun dibandingkan 2015 dari 3,2 persen menjadi 2,7 persen." kata Mirza.
Mirza mengakui bahwa nilai tukar rupiah terus mengalami tekanan terhadap dolar AS. Namun tekanan itu tak hanya dialami oleh rupiah saja.
"Sebenarnya di dunia ini yang melemah bukan cuma rupiah. Swedish crown juga melemah 10 persen, dolar Australia juga melemah 6 persen. Jadi di seluruh dunia melemah terhadap dolar AS," jelas dia padca 31 Agustus 2018.
Ada dua penyebab utama yang membuat nilai tukar di seluruh dunia melemah terhadap dolar AS. Penyebab pertama adalah kenaikan suku bunga yang dilakukan oleh Bank Sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed).
Kenaikan suku bunga ini membuat dana-dana yang tadinya parkir di negara berkembang seperti Indonesia pulang kembali ke tempat asal. Akibatnya, pasokan dolar AS di RI berkurang.
Alasan kedua adalah adanya strategi ekonomi yang dijalankan oleh Presiden AS Donald Trump. Berbagai macam perang dagang yang dijalankan oleh AS membuat investor mencari instrumen investasi yang akan yaitu dolar AS.
Reporter: Putu Merta Surya Putra
Sumber: Liputan6.com [eko]
No comments:
Post a Comment