Merdeka.com - Kualitas udara di Jakarta dua hari terakhir terbilang sangat buruk. Bahkan kemarin, Jakarta berada di peringkat pertama kota dengan polusi tertinggi di dunia berdasarkan data pemantau kualitas udara, AirVisual.
BERITA TERKAIT
Bahkan prestasi buruk tersebut disorot Greenpeace Indonesia. Lewat akun twitternya @GreenpeaceID, meminta masyarakat menggunakan masker.
Namun pandangan berbeda datang dari Wakil Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Ali Maulana. Menurutnya polusi udara Jakarta tak seburuk itu, melainkan masih tahap sedang bahkan baik.
"Bila ingin membandingkan dengan parameter yang sama yaitu partikulat mater (PM) karena Greenpeace yang diukur partikulat mater nya. Bila melihat ISPU berarti partikulat di Jakarta masih dalam kategori sedang ( moderat) ataupun baik (good)," kata Ali saat dihubungi, Rabu (25/7).
Ali menyebut pihaknya tidak mengetahui alat yang digunakan Greenpeace untuk mengukur polusi udara. Selain itu, dia juga tak mengetahui tolak ukur Greenpeace.
"Alat yang dipakai Greenpeace untuk mengukur kualitas udara itu yang tidak tahu menggunakan alat apa, karena kalau alat indoor digunakan untuk outdoor maka hasilnya perlu dipertanyakan juga," ujarnya.
Menurut Ali, alat yang digunakan untuk mengukur polusi digunakan untuk per 24 jam bukan per jam seperti milik Greenpeace.
"Setahu saya 24 jam bukan per jam," tandasnya.
Sebelumnya diberitakan, kualitas udara di Jakarta dua hari terakhir terbilang sangat buruk. Bahkan kemarin, Jakarta berada di peringkat pertama kota dengan polusi tertinggi di dunia berdasarkan data pemantau kualitas udara, AirVisual.
Reporter: Delvira Hutabarat
Sumber: Liputan6.com [dan]
No comments:
Post a Comment