Merdeka.com - Menteri Koordinator Perekonomian, Darmin Nasution, mengatakan rencana kenaikan suku bunga oleh The Fed masih akan terus membayangi pelemahan nilai tukar Rupiah ke depan. Untuk jangka panjang, pelemahan Rupiah secara terus-menerus dikhawatirkan akan mempengaruhi inflasi Indonesia.
BERITA TERKAIT
"Tentu kita harus punya langkah untuk ikuti itu (kenaikan suku bunga The Fed), tidak bisa kita bilang tidak mau. Itu berarti kita akan terkena dampaknya, sebagian di mana, di kurs, di tingkat bunga, di inflasi. Mungkin juga lama-lama inflasi kita terpengaruh (pelemahan Rupiah) dari imported inflation," ujarnya di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Jumat (31/8).
Menko Darmin mengatakan sejauh ini dampak pelemahan nilai tukar Rupiah masih cukup kecil terhadap inflasi. Meski demikian, dia belum dapat memastikan kapan dampak terbesar pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap inflasi akan terjadi.
"Sebenarnya kalau mau melihat dampak dari nilai tukar ke dalam inflasi, itu melalui core inflation, meski itu barangnya banyak, bukan cuma barang impor. Tapi yang pasti bukan pangan, administered price. Sekarang ini ada kenaikan kalau dilihat dan diakumulasikan, misalnya di Agustus, tapi belum besar kenaikannya. Kapan kelihatan dampaknya? Tidak tahu, susah menebaknya," jelasnya.
Menko Darmin mengatakan cukup sulit mengendalikan inflasi melalui barang impor. Sebab, selama ini kebutuhan Indonesia baik barang konsumsi dan modal masih banyak yang berasal dari impor. "Ya selama kita impor, ya terpengaruh terus saja dari barangnya itu. Walaupun kita ada upaya juga untuk kendalikan impor, tapi tetap saja perlu barang itu," jelasnya.
Mantan Direktur Jenderal Pajak tersebut menambahkan pelemahan Rupiah yang terjadi saat ini masih dipicu oleh tekanan eksternal. Sementara dari internal, pemerintah memastikan tidak ada yang memengaruhi pelemahan Rupiah. "Sama (seperti awal tahun), tidak ada tekanan internal, masalahnya masih di tekanan eksternal," jelasnya.
[bim]
https://www.merdeka.com/uang/rupiah-melemah-14700-per-usd-menko-darmin-khawatir-kerek-inflasi.html
No comments:
Post a Comment